KETIBAN BERKAH TIDAK MUDIK

Bermacam kisah dan cerita mewarnai hari-hari di saat semua mata, telinga, rasa dan usaha tertuju untuk memerangi penyebaran Covid-19. Kisah yang bermula dari kota di negeri tirai bambu, kini menjadi pandemi yang menyelimuti di 213 negara / kawasan secara global. Tak terbilang ribuan nyawa telah direnggut oleh virus yang berbentuk mirip mahkota ini. Anjuran Pemerintah untuk tetap tinggal di rumah, bekerja dari rumah dan belajar dari rumah merupakan bentuk solusi agar roda kehidupan tetap berjalan walau mengalami perlambatan. Disamping itu, anjuran tersebut juga cara untuk mengurangi dan memutus penyebaran penyakit ini di negeri ribuan pulau, Indonesia.

Dimasa yang sulit ini, semangat berbagi dan peduli semakinnyata nampak di masyarakat kita yang majemuk. Didasari rasa saling berbagi agar menjadi sebuah inspirasi, Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah menginisiasi seluruh guru madrasah di Indonesia untuk berbagi cerita pengalaman inspiratif selama melaksanakan  kegiatan Teaching From Home (TFH) di masa pandemi ini. Setiap guru yang berpartisipasi mengirimkan pengalamannya via instagram dengan menggunakan hastag #CeritaGuruMadrasah#Gtkmadrasah. Periode kegiatan ini dimulai dari 09-14 April 2020 dan pada tanggal  17 April kemarin diumumkan 3 cerita terbaik.

Alhamdulillah, satu tulisan  guru  yang baru bergabung dengan MTsN 3 Pamekasan di awal tahun ajaran 2019-2020 menjadi salah satu cerita yang paling menginspirasi. Guru yang satu ini adalah seorang ibu muda dengan satu anak dan berasal dari kota Tahu, Kediri di Jawa Timur. Ibu Duwi Hartanti adalah sosok baru dan bersahaja di lingkungan MTsN 3 Pamekasan. Beliau yang sampai saat ini masih belum fasih berbicara menggunakan bahasa Madura, merupakan sosok yang sederhana, santun dan hangat. Keseharian beliau mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris untuk kelas 7 dan 8 serta menjadi Pembimbing Akademik untuk kelas/Ruang 3 Bahasa Inggris.

Alasan ibu Duwi mengirimkan cerita pribadinya dalam keadaan TFH(Teaching From Home) tak lain adalah rasa ingin berbagi dengan seluruh guru madrasah di Indonesia, terutama pada masa-masa dimana kegiatan pembelajaran sudah tidak mungkin dilaksanakan secara normal seperti biasa. Beliau menilai bahwa pendidikan merupakan salah satu sektor yang terdampak sangat signifikan pada masa pandemi in. Akibat dari sekolah dan madrasah yang di liburkan, kegiatan belajar dan mengajar juga terganggu. Untung pemerintah segera tanggap dengan merubah kegiatan pembelajaran ke sistem daring. Disini kemudian cerita suka, duka, haru, rindu dan sebagainya mulai muncul. Beliau sadar apa yang dialaminya ini, juga pasti dialami oleh semua guru yang sekali lagi “terpaksa” harus menghadapi ini dengan tegar dan harus mampu menenangkan diri, keluarga serta anak didiknya.

Selalu ada cara untuk mengatasi permasalahan, asal kita mau berusaha dan mampu mencari celah walau sekecil apapun dan merubahnya menjadi nasib baik untuk merubah keadaan menjadi lebih baik. Terbukti dari kisah yang beliau tulis, dengan pembelajaran daring beliau mampu menemukan hal-hal positif yang bisa menjadi inspirasi bagi para guru yang mungkin masih bingung harus berbuat apa di masa pembatasan segala aktifitas seperti sekarang. Cerita yang beliau tulis dengan ringan, menyiratkan pesan bahwa kita mampu merubah hambatan menjadi sebuah tantangan untuk maju. Kita hanya perlu meramu cara dan pola yang perlu disesuaikan  dalam melayani para murid dengan baik. Tugas mendidik dan mengajar adalah komitment dan tanggungjawab para guru. Jangan biarkan terhenti dan padam walau di masa yang sulit sekalipun.  Harapan beliau agar bencana Covid-19 ini segera berakhir, agar masa depan anak didik kita bisa mereka renda dengan pasti dan penuh senyum.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  44  =  54