BLENDED LEARNING

BLENDED LEARNING
(model pembelajaran baru atasi siswa bosan belajar)

Bertempat di aula MTsN 3 Pamekasan, sebanyak 15 guru di lingkungan MTsN 3 Pamekasan mengikuti pelatihan Blended Learning yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LP2M) Universitas Madura, Senin, (29/07/2019).

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik siswa dalam belajar. Pola lama model pembelajaran konvensional dengan tatap muka (face-to-face) telah kehilangan daya tariknya seiring dengan perkembangan zaman di era abad 21 ini, oleh sebab itu perlu dilakukan inovasi baru dalam kegiatan belajar mengajar.

Mohammad Saleh Fadli selaku Plt. Kepala Madrasah dalam sambutannya menyambut baik kedatangan Tim LP2M dari Universitas Madura untuk mengisi Pelatihan Blended Learning bagi guru di lingkungan MTsN 3 Pamekasan. Dia juga menuturkan bahwa peserta yang ditugaskan mengikuti pelatihan ini merupakan perwakilan koordinator dari semua mata pelajaran yang ada. Saleh, berharap semoga dengan terselenggaranya kegiatan pelatihan ini dapat meningkatkan kompetensi serta profesionalitas guru, dan yang terpenting bisa mengimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar.

Blended Leraning menurut Moh. Zayyadi adalah model pembelajaran dengan mengkombinasikan kegiatan tatap muka (face-to-face) dengan pembelajaran berbasis elektronik (e-Leraning). Dosen Unira yang sedang menempuh program S3 ini memaparkan secara gamblang Tujuan, Unsur-unsur, Klasifikasi, Aplikasi kuis kreator serta Kelebihan model pembelajaran Blended Learning. Menurutnya, pola pembelajaran yang sering kali dijumpai saat ini masih beraliran konvensional melalui kegiatan tatap muka, hal ini terkadang membuat sebagian siswa merasa jenuh dan membosankan. Sementara itu arus globalisasi semakin deras, perkembangan teknologi semakin pesat, untuk itu sudah saatnya kita bangkit dari ketertinggalan dengan memanfaatkan teknologi yang ada.

Ditengah berlangsungnya acara, Mas Jay (sapaan akrabnya) memberikan waktu kepada peserta untuk bertanya ataupun sharing. Subairi, salah satu peserta pelatihan mengutarakan beberapa kekurangan model Blended Learning diantaranya, media yang ada dalam model pmbelajaran ini sangat variatif sehingga sulit diimplentasikan jika tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, disamping itu guru kesulitan melakukan kontrol dan pengawasan terhadap siswa yang sedang mengikuti pembelajaran berbasis online. Zayyadi membenarkan hal tersebut, penerapan model pembelajaran berbasis elektronik ini memerlukan kesiapan mental, sumber daya manusia terlebih lagi sarana dan prasarana.

Agus Budi Hariyanto salah seorang peserta pelatihan saat ditanya, merasa puas dan senang mengikuti pelatihan ini. Menurutnya tuntutan pembelajaran abad 21 salah satunya adalah terintegrasinya pembelajaran berbasis ICT. Melalui pelatihan Blended Learning yang dilaksanakan atas kerjasama MTsN 3 Pamekasan dengan LP2M Universitas Madura adalah sebuah wujud kerjasama yang sangat menunjang terhadap kebutuhan guru memasuki abad 21. Pelatihan ini memiliki nilai manfaat luar biasa bagi guru khususnya kami guru MTsN 3 Pamekasan. Guru pengajar matematika ini menambahkan, bahwa satu hal yang sangat menarik dalam pelatihan ini adalah model pendekatan pembelajaran berbasis aplikasi yang memungkinkan guru tidak harus melakukan KBM dengan tatap muka langsung di dalam kelas. Dengan aplikasi yang kami peroleh dari pemateri kaitannya dengan implementasi layanan SKS di Madrasah kami semakin memberi peluang besar bagi anak didik untuk menyelesaikan UKBM secepat mungkin. Selanjutnya kami berharap model kerjasama dalam bentuk pelatihan bagi guru terus intens dan ditingkatkan dalam rangka mengembangkan kapasitas dan wawasan guru di lingkungan MTsN 3 Pamekasan, Imbuhnya.

Semoga dengan terselenggaranya kegiatan pelatihan Blended Learning ini dapat membantu guru dan peserta didik menghadapi tantangan zaman.[Sbr]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  50  =  53