Kelestarian Lingkungan Versi Rasulullah

Oleh: Mohammad Holis*)

Manusia sebagai khalifah di bumi ini dapat bertahan hidup tanpa adanya campur tangan pemerintah. Bukankah dulu sebelum ada kemajuan cara berpikir manusia sebagai khalifah di bumi tetap bisa bertahan hidup, saling memahami meski tanpa campur tangan pemerintah? Namun saat ini, pertanyaan besar buat kita semua adalah apakah manusia mampu bertahan hidup tanpa lingkungan? Semua pasti sepakat jawabannya adalah TIDAK. Hal inilah yang menjadi tanggung jawab kita bersama dalam ikut bertanggung jawab melestarikan lingkungan. Sehingga apapun keragaman pola aktifitas dan kegiatan yang kita lakukan dimuka bumi ini janganlah justru menjadikan alam lingkungan sebagai korbanya. Tentu kita tidak ingin menjadi generasi yang mewarisi alam lingkungan yang rusak.

Sebagaimana firman Allah (QS al-A’raf 7:85) “Dan Janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman”.

Sebetulkan Islam melalui Hadits Rasulullah telah memberikan solusi dari persoalan kerusakan lingkungan yang saat ini terjadi. Diantara yang bisa dilakukan dalam upaya memakmurkan alam ini adalah dengan cara (1) MENANAM. Sebagaimana hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari “Tak seorang muslimpun menanam pohon atau tanaman, lalu dimakan oleh burung, manusia, atau hewan lainnya, kecuali akan menjadi sedekah baginya.” Ini dapat diartikan bahwa perintah menanam pohon dan tanam-tanaman dalam hadits diatas ternyata berfungsi

Sebagai menyerap gas-gas yang dapat membahayakan kehidupan manusia dan lingkungan. Pepohonan dan tanam-tanaman akan mengeluarkan uap air sehingga udara bisa bersih dan sehat, sehingga semakin berkurang dan rusaknya pepohonan dan tanam-tanaman ini akan menyebabkan prduksi oksigen bagi atmosfir akan semakin berkurang.

Ladang Shadaqah, dengan menanam pohon baik pohon berbuah karena dapat dimakan buah dan menjadi sumber kehidupan bagi yang memakannya atau tidak berbuah karena memproduksi oksigen bagi keberlangsungan hidup manusia, karena manusia itu sendiri membutuhkan 2880 oksigen/hari, itu semuanya akan dinilai shodaqah sebagaimana hadits diatas.

(2) MERAWAT. Setelah menanam pohon tentunya perintah kedua adalah merawatnya, sebagai perwujudan pengabdian manusia kepada Allah SWT, karena mengabdi merupakan salah satu tugas manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini. Salah satu tugas kekhalifahan inilah. yang membedakan antara homo megantropus paleo javanicus dan homo pithecanthropus erectus dari homo pithecanthropus erectus wajakensis. Dua manusia yang disebut pertama memiliki sifat merusak dan menumpahkan darah, yang menurut para ulama ahli tafsir disebut banul jan. dua jenis manusia tersebut berbeda dengan homo wajakensis yang sudah berbudaya dan memiliki cara berfikir yang sejalan dengan nalar sehat. Homo wajakensis disebut juga homo sapiens yang berarti manusia cerdas dan berbudaya, dalam bahasa yang lain disebut hayawanun natiq.

Homo wajakensis menandai awal manusia menerima amanah kekhalifahan di muka bumi, yakni sebagai penjaga keseimbangan tata kelola alam lingkungan secara harmonisasi dan berketeraturan. Ini pula yang menandai lahirnya prilaku kearifan lingkungan yang kemudian diturunkan secara turun temurun disetiap generasi hingga saat ini. Maka mentahlah yang menjadi sanggahan para malaikat yang awalnya enggan menerima penciptaan Adam As. Sebagaimana QS. Al-Baqarah (2:30). “Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat, “Sungguh Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka menjawab, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau serta menyucikan Engkau?” Allah ta’ala berfirman, “Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.”

Penegasan Allah SWT pada ayat diatas memberikan sinyal nyata, bahwa penciptaan manusia mutlak merupakan rahasianya. Para malaikat diberitahu tetapi malaikat tidak boleh membantah mengenai rencana-Nya perihal penciptaan manusia, yang selanjutnya menjadi khalifah Allah di muka bumi. Maka larangan keras kepada manusia melakukan perusakan alam, termasuk merusak tetumbuhan dan pepohonan dengan cara apapun, dimana manusia secara sadar mempunyai tanggung jawab yang besar untuk saling mennyanyangi termasuk dengan berprilaku kasih dan sayang terhadap tetumbuhan dan pepohonan sebagaimana sabda Rasul yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi “Orang-orang yang penyayang niscaya akan disayang oleh Allah yang Maha Penyayang. Maka sayangilah yang ada di bumi niscaya yang ada di langit un akan menyayangi kalian”.

Merusak tetumbuhan dan pepohonan sama saja dengan merusak kehidupan umat manusia, seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa manusia tanpa pemerintahan tetap bisa hidup, akan tetapi manusia akan binasa jika hidup tanpa alam dan lingkungan sebagaimana firman Allah dalam QS al-Maidah (5:32).“

Rasulullah SAW sebagai penyampai islam yang ramah lingkungan dan rahmah kemanusiaan adalah salah satu ciri agama rahmatan lil alamin. Dimana telah mana mengajarkan kepada kita bersama tentang kemesraan hubungan kepada Allah SWT, sesama manusia, dan terhadap lingkungan hidup didalamnya, sehingga manakala kita sebaga melakukan penebangan terhadap pepohonan dan tetumbuhan, maka sebaiknya mengganti dulu tetumbuhan dan pepohonan sebelum menebang untuk keberlangsungan ekosistem di alas semesta ini, begitu juga ketika ingin memanfaatkan hewan untuk di makan, maka janganlah berlebihan dan perlakukanlah dengan baik hewan yang akan kita makan karena bagian dari rezeki Allah bagi kita bersama.

Di akhir tulisan ini, penulis ingin menyampaikan bahwa melestarikan lingkungan versi Rasulullah SAW adalah bagian dari mengamalkan sunnahnya, sehingga program pelestarian lingkungan dari lembaga manapun tidak boleh mengenyampingkan kerusakan terhadap lingkungan, dan dukungan terhadap kepedulian lingkungan adalah bagian jihad dalam menegakkan sunnahnya, oleh karena itu penulis mengajak seluruh elemen masyarakat agar bersama-sama menegagakkan sunah rasul yang satu ini yakni melestarikan lingkungan, agar bumi kita lestari.

*) Penulis adalah Kepala MTsN Sumber Bungur Pamekasan dan Peserta Program Doktor pada Universitas Muhammadiyah Malang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  36  =  43